Bertani dengan Memanfaatkan Bio Cyclo Farming

Arti dari Bio Cyclo Farming sendiri adalah suatu proses keterpaduan lintas sektor pada bidang pertanian yang saling memanfaatkan sisa dari proses pengelolaan dari satu sektor, yang dimanfaatkan kembali pada sektor lainnya untuk menghasilkan suatu hal lain yang berguna, dan dalam hal ini berlangsung secara kontinyu dan berulang seperti lingkaran/circle. Ada juga yang mengartikan Bio-Cyclo Farming sebagai sistem pertanian yang memadukan unsur tanaman, ternak, perikanan yang diatur sedemikian rupa sehingga bersinergi antara satu dengan lainnya hingga terjadi proses daur ulang alami secara biologis. Tiga komponen utama dalam metode Bio-Cyclo-Farming yaitu budidaya tanaman, budidaya ikan dan budidaya ternak. Konsep Bio Cyclo Farming  dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan, yakni dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan keberadaan limbah pada lingkungan menjadi sesuatu yang bernilai guna. Sehingga dengan demikian dapat mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Nah, dalam pengaplikasiannya di masyarakat dapat kita terapkan konsep bio cyclo farming ini dengan memanfaatkan limbah pertanian/ peternakan yang ada di sekitar kita.

BERTANI MULAI DARI SKALA KECIL, rata-rata kepemilikan lahan sekitar seperempat hektar, dari skala ini kita mulai bangun sistem, kalau hanya tanam padi atau jagung petani jadi pengangguran tidak kentara, waktunya pun jadi tidak produktif, maka jerami harus diolah untuk pakan 20 induk domba agar tiap bulan bisa jual 3-4 domba, tambahan income yang cukup signifikan, kotoran domba untuk pupuk kandang yang digunakan di sawah sehingga cacing & segala jenis renik tumbuh subur selanjutnya itik dilepas untuk mendapat Gizi Tinggi secara alami, tambahan telur 100-150 butir merupakan tambahan pemghasilan harian, kotoran itik dikumpulkan untuk ternak maggot sebagai pakan ikan, begitu SIKLUS BIOLOGI kita bangun agar setiap mata rantai siklus memberikan tambahan penghasilan lahan pun semakin subur karena cukup pupuk organik.

sumber: facebook Achsin U. Choliq